Rabu, 30 Oktober 2013

Kisah Hidup Perjalan Habibie & Ainun Bab:II



Membaca buku ini membuka jendela pemahaman akan cinta suci sepasang insan manusia. Cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi atas ijin Allah SWT.
…Terima kasih Allah, Engkau telah menjadikan Ainun dan saya manunggal jiwa, roh, bathin, hati nurani kami melekat pada diri kami sepanjang masa dimanapun kami berada….
(Doa B.J. Habibie)
Novel ini menceritakan secara lengkap kisah hidup dan perjuangan bahtera rumah tangga B.J Habibie bersama Ainun dari awal jumpa hingga Ibu Ainun akhirnya berada dalam dimensi lain.
Dimulai dengan bertemunya kembali Habibie dengan Ainun di kediaman keluarga Besari (Keluarga Ainun) setelah hampir 7 tahun tidak bertemu. Pertemuan malam Idul Fitri itu menyisakan kenangan rindu bagi Habibie muda akan pandangan mata menyejukkan yang diberikan oleh Ainun muda kala itu. Proses pertunangan dan pernikahan yang cukup cepat, namun dilakukan dengan kepastian jiwa dan kekuatan cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi serta keyaninan bahwa Allah SWT selalu akan menemani, memungkinkan keduanya yakin untuk bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga di rantau (Jerman) mengingat masa cuti Habibie yang hanya 3 bulan akan segera habis.
Setibanya mereka di Jerman berbekal 2 koper berdua, disanalah perjuangan mereka dimulai. Sebuah kisah inspiratif yang patut dijadikan contoh sebuah keluarga sakinah mawaddah warahmah, insya Allah.
Betapa Ibu Ainun sangat mendukung pekerjaan dan tugas Bapak Habibie dengan tanpa mengeluh selalu mencoba melakukan tugas dan kegiatannya dengan sebaiknya tanpa mengganggu konsentrasi perhatian dan pekerjaan Habibie. Memberikan masukan intelektual dan pertimbangan juga saran yang saling mendukung satu sama lain. Selalu menjaga dan mengontrol kesehatan Habibie dengan menyediakan makanan sehat juga senyum menawan yang selalu dirindukan Habibie.
Sebaliknya Habibie juga selalu melibatkan Ainun dalam setiap kegiatannya, menceritakan dan meminta pertimbangan istrinya untuk setiap keputusan yang akan diambil. Benar-benar perpaduan yang harmonis indah romantis atas dasar cinta.
Dibagian tengah cerita, sebuah kesadaran pun ingin ditularkan oleh penulis kepada seluruh pembacanya (bahkan mungkin penonton filmnya). Bahwasanya semangat nasionalisme haruslah selalu dipupuk dan dikembangkan dalam setiap jiwa insan bangsa Indonesia. Sebagai contoh, penulis yang saat itu adalah CEO sebuah perusahaan penerbangan terkenal terkemuka di Jerman, rela meninggalkan semuanya dan bersama keluarga kembali ke Indonesia tercinta untuk tujuan mulia mengabdi dan mengembangkan negara tercinta dengan ilmu yang didapatkan dengan daya upaya sendiri.
Nampak pula peran maksimal seorang istri bagi Habibie dalam semua aktivitas barunya. Seorang tokoh teknologi yang menjadi tokoh politik, presiden ketiga Republik Indonesia. Oleh sebab itu, sangatlah pantas jika dalam pidatonya dalam tiap kesempatan (penghargaan teknologi, penganugerahan gelar, dsb) sering Habibie menyampaikan bahwa di balik sukses seorang tokoh, tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan, yaitu ibu dan istri.
Di akhir cerita, tergambar dengan jelas keterkaitan Habibie Ainun satu sama lainnya. Keduanya saling menjaga mendoakan yang terbaik bagi masing-masing. Ada kejadian yang menurut saya sangat menyentuh yaitu ketika Ibu Ainun di ICCU, Pak Habibie yang telah menjadi kebiasaan pukul 10 pagi selalu tiba di ICCU pada hari itu harus terlambat datang karena dilarang masuk sebab tim dokter sedang melalukan operasi mendadak. Ketika Habibie akhirnya masuk 2 jam kemudian, didapatinya Ainun sedang menangis. Kenapa? Karena khawatir terjadi sesuatu dengan Habibie sebab dia terlambat datang. Sungguh indah bukan. Kedua sangat memperhatikan kondisi masing-masing, meskipun dalam keadaan sehat atau sakit.
Akhirnya saya tuliskan disini, doa Habibie untuk Ainun yang telah berpindah ke alam dan dimensi baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar